Month: May 2020

Menurunnya Ekonomi Pemerintah AS Akibat Dampak Corona

Menurunnya Ekonomi Pemerintah AS Akibat Dampak Corona – Amerika Serikat (AS) telah menjadi hot spot baru wabah virus corona (COVID-19), dengan kasus infeksi mencapai 142 ribu lebih per Senin (30/3/2020).

Namun malangnya, bukan hanya cara membendung wabah mematikan itu yang harus dipikirkan negara yang dipimpin Presiden Donald Trump itu. Hal besar lain yang harus diselesaikan AS adalah dampak ekonomi yang dibawa wabah asal Wuhan, China itu.

Itu dikarenakan wabah corona disebut telah membawa ekonomi AS ke dalam keadaan yang hampir mirip dengan saat Depresi Hebat (Great Depression) melanda atau lebih parah daripada resesi. slot gacor

Menurunnya Ekonomi Pemerintah AS Akibat Dampak Corona

“Tidak ada definisi spesifik dari depresi,” kata Bernard Baumohl, Kepala Ekonom Global Economic Outlook Group sebagaimana dikutip Reuters. “Tapi ini sangat berbeda dari resesi dalam hal panjang dan dalamnya.” americandreamdrivein.com

Sebelumnya, masa Great Depression yang dimulai dengan jatuhnya pasar saham pada tahun 1929, terus berlangsung hingga tahun 1933. Pada saat itu keadaan ekonomi menjadi kacau akibat melonjaknya angka pengangguran dan anjloknya output ekonomi.

Selama masa Depresi Hebat itu, ada sekitar 20% peningkatan dalam jumlah pengangguran di Amerika Serikat selama tiga tahun. Hal itu terancam terulang kembali sebagai akibat dari mewabahnya virus corona. Kekhawatiran semakin berkembang bahwa gangguan akibat pandemi virus corona akan mencekik pertumbuhan ekonomi Amerika dan mengakibatkan resesi. Gedung Putih sedang mempertimbangkan serangkaian langkah jangka pendek untuk meredakan tekanan finansial pada bisnis dan pekerja yang terimbas, tetapi para ekonom memperingatkan bahwa semakin banyak virus menyebar semakin besar pula dampak ekonomi dan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pulih.

Bahkan diprediksi bahwa kenaikan angka pengangguran dan penurunan persentase dalam output ekonomi dapat lebih buruk dari yang terjadi pada 1930-an. Di mana akan ada jutaan orang yang dikeluarkan dari pekerjaan dan produk domestik bruto (PDB) turun dua digit.

Namun demikian, saat ini pemerintah AS disebut lebih siap dalam menghadapi ancaman wabah pada ekonomi ketimbang saat Great Depression melanda. Sebab, meski banyak yang mengatakan angka pengangguran telah meroket tajam, pemerintah juga terus menyuntikkan dana bantuan bagi orang-orang dan perusahaan besar dan kecil.

“Stabilisator ini terbukti kuat saat terjadi penurunan di masa lalu,” tulis Reuters.

Selain itu, peran bank sentral juga telah lebih baik. Di mana the Federal Reserve disebut telah banyak belajar dari berbagai kegagalan saat Depresi Hebat terjadi.

“Kali ini, seperti pada tahun 2007 (masa Resesi Hebat terjadi), The Fed dan bank sentral global telah bergerak untuk merendam ekonomi dalam bentuk tunai dan membuat program baru untuk mencoba membatasi risiko kegagalan bisnis dan pengangguran yang berkelanjutan.”

Namun demikian, menurut sekelompok ekonom dan pembuat kebijakan, AS masih harus memfokuskan diri untuk memperbaiki respons kesehatan masyarakat Amerika. Para pakar kesehatan menilai langkah ‘buka tutup’ pembatasan di seluruh negara bagian dan Gedung Putih yang lambat dimobilisasi juga dapat membuat dampak virus corona semakin buruk.

“Dorongan Presiden Donald Trump untuk membuka kembali ekonomi dengan cepat membawa risiko. Mengangkat pembatasan penguncian (lockdown) terlalu dini dapat menyebabkan gelombang kedua penyakit,” tulis sebuah studi yang diterbitkan minggu ini di Lancet Public Health Journal. Study ini berfokus pada China.

Hal serupa juga menjadi perhatian Gubernur Fed Jerome Powell. Menurut Powell, semakin tinggi jumlah korban virus dan semakin lama wabah berlangsung maka akan semakin banyak kerugian terjadi pada perekonomian.

“Urutan pertama bisnis adalah untuk membendung penyebaran virus dan kemudian melanjutkan kegiatan ekonomi,” kata Powell.

Industri perjalanan telah hancur oleh wabah virus corona di kapal pesiar dan oleh pembatalan perjalanan udara yang meluas.

Menurunnya Ekonomi Pemerintah AS Akibat Dampak Corona

Larangan terhadap pertemuan-pertemuan umum telah mendorong pembatalan konferensi, festival musik dan acara olahraga, dan membuat restoran-restoran dan berbagai gedung pertunjukan berjuang untuk tetap bertahan.

Penutupan sebagian pabrik-pabrik yang membuat suku cadang kendaraan bermotor di Tiongkok meningkatkan kekhawatiran bahwa produsen mobil Amerika harus mengurangi produksinya.

Pasar keuangan bereaksi dengan ketakutan dan volatilitas ekstrem, dengan anjloknya nilai saham dan harga minyak.

Pada hari Rabu Presiden Donald Trump mengumumkan larangan sebagian besar perjalanan dari Eropa dan bantuan keuangan untuk pekerja dan bisnis yang terkena dampaknya. Tetapi, dia juga berusaha meyakinkan publik bahwa perekonomian akan baik-baik saja.

“Ini bukan krisis keuangan. Ini hanya saat sementara yang akan kita atasi bersama sebagai sebuah bangsa dan bersama-sama dengan semua negara di dunia,” tandas Trump.

Presiden Trump telah mengusulkan pemotongan pajak sementara dan pinjaman untuk industri dan pekerja yang terkena dampak pandemi virus korona ini. Gedung Putih juga mempertimbangkan cuti keluarga dengan tetap mendapat gaji bagi para pekerja, tetapi tidak jelas bagaimana hal itu akan dilaksanakan.

Bradley Gold, dosen bisnis di University of Texas, menyampaikan pendapatnya. “Biasanya di dunia bisnis, keadaan ini merupakan sesuatu yang akan menjadi sangat, sangat memprihatinkan dan biasanya tidak disukai oleh orang-orang bisnis, tetapi saya kira saat ini kita sedang menghadapi krisis kesehatan masyarakat.”

Meloloskan undang-undang anggaran baru akan membutuhkan dukungan dari Partai Demokrat di Kongres yang menginginkan dana tambahan untuk pemeriksaan dan perawatan medis, asuransi pengangguran yang diperluas, dan peningkatan pengeluaran untuk program jaring pengaman sosial.

William Hoagland, analis ekonomi dari Pusat Kebijakan Bipartisan, setuju dengan perlunya penyesuaian anggaran tersebut.

“Ini akan menambah defisit federal dalam jangka pendek, tetapi penting jika itu berarti melindungi keselamatan dan keamanan publik Amerika dan memulihkan kepercayaan ekonomi yang diperlukan untuk bergerak maju,” imbuhnya.

Langkah-langkah tegas diperlukan segera, kata para analis, untuk memberikan bantuan segera kepada orang-orang yang terimbas dan untuk mempercepat pemulihan ekonomi setelah wabah berakhir.

Survei NABE juga memprediksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2020 hanya bertengger di angka 2,4%. Dan di kuartal II-2020, angka pertumbuhan ekonomi AS diprediksi menurun tajam hingga 26,5%.

Selain itu, NABE juga memprediksi tingkat pengangguran AS bakal melonjak hingga 12% di pertengahan tahun 2020, dari angka tersebut, kemungkinan 4,58 juta warga AS kehilangan pekerjaannya pada kuartal II-2020.

Peningkatan angka pengangguran tersebut akan menurunkan pertumbuhan konsumsi, di mana komponen tersebut jadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi AS. Pertumbuhan konsumsi menyumbang 70% terhadap pertumbuhan ekonomi AS.

Meski begitu, para ekonom optimistis perekonomian negara tersebut akan bangkit di semester II-2020. Para ekonom memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh 6% di akhir tahun 2020.

“Perkiraan kami perekonomian AS akan membaik pada akhir tahun ini dengan adanya dukungan dari stimulus fiskal dan moneter yang agresif,” kata Presiden NABE Constance Hunter , Sabtu (11/4/2020).

Selain itu, The Federal Reserve Kamis lalu mengumumkan tambahan pinjaman US$ 2,3 triliun untuk usaha kecil. Langkah ini datang di atas berbagai program pinjaman lainnya di bank sentral, dan memangkas suku bunga menjadi nol dalam upaya menopang perekonomian AS.

Perusahaan Yang Sukses Mendorong Perumbuhan Ekonomi Di AS

Perusahaan Yang Sukses Mendorong Perumbuhan Ekonomi Di AS – Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu negara paling maju di dunia. Namun kekayaan dari 500 perusahaan gagal mencapai laba tertinggi. Hal ini karena semua pajak yang diterapkan mengalami perubahan, sektor korporasi pun sulit untuk bertahan hidup di AS.

Berikut daftar beberapa perusahaan Amerika yang dianggap sebagai perusahaan terkaya yang didasarkan pada laba, pendapatan, dan statisitik keuangan lainnya. idn slot

Seperti diketahui, bursa saham AS mencatatkan gejolak sepanjang 2018. Kemudian bursa saham AS menguat pada kuartal I 2019, tetapi ketegangan perang dagang antara AS dan China baru-baru ini membuat investor ragu jika volatilitas dan ketidakpastian perang dagang akan berdampak terhadap perusahaan AS. https://americandreamdrivein.com/

Adapun 6 perusahaan publik terbesar di AS sehingga menyebabkan peningkatan ekonomi pada negara tersebut,  antara lain:

1. Exxon Mobil

Perusahaan Yang Sukses Mendorong Perumbuhan Ekonomi Di AS

Peringkat sebelumnya: 2

CEO : Rex W.Tillerson

Sangat sulit untuk mengalahkan manuver Exxon Mobil pada tahun 2011. Saham perusahaan ini melonjak hingga 20 persen disertai peningkatan keuntungan hingga 35 persen menjadi 41,1 miliar dollar AS. Kenaikan tersebut sekaligus mengerek untung bersih Exxon sebanyak 28 persen menjadi 452,9 miliar dollar AS. Atas dasar penilaian inilah, Exxon berhasil menempati posisi teratas dalam Fortune 500, sekaligus menggeser peringkat Wal-Mart.

Perusahaan, memperoleh keuntungan dari kenaikan harga minyak, khususnya pada kuartal terakhir tahun 2011. Tetapi Exxon juga telah memosisikan diri dengan baik untuk memanfaatkan tren terbaru yang kontroversial dalam produksi energi dalam negeri : Fracking yang merupakan sebuah teknik pengeboran minyak yang dikhawatirkan merusak lingkungan.

Selain fokus di eksplorasi minyak, Exxon juga telah menggenjot memproduksi gas. Di mana, banyaknya hampir sama dengan minyak. Hal tersebut ditopang oleh akuisisi XTO Energi senilai 35 miliar dollar AS pada tahun 2010. CEO Exxon, Rex W.Tillerson mengungkapkan pada Fortune bahwa permintaan energi akan terus meningkat hingga dekade mendatang.

2. Wal-Mart Stores

Perusahaan Yang Sukses Mendorong Perumbuhan Ekonomi Di AS

Peringkat sebelumnya: 1

CEO: Michael T. Duke

Pada tahun 2011, Wal-Mart tergelincir di posisi kedua setelah sempat mencapai posisi prestisius yakni peringkat pertama selama dua tahun berturut-turut. Perusahaan ritel terbesar di AS ini terpaksa memberikan diskon besar-besaran untuk menggenjot penjualan di dalam negeri. Hal tersebut dilakukan agar bisa menggenjot pendapatan hingga 6 persen pada tahun 2011 yaitu 447 miliar dollar AS. Namun, keputusan itu justru membuat laba Wal-Mart tergerus 4,6 persen menjadi 15,7 miliar dollar AS.

Pengecer-pengecer terbesar di dunia memang tengah berjuang keras untuk mempertahankan kenaikan pendapatan di AS, walaupun pertumbuhan ekonomi Paman Sam mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pasalnya, meskipun tingkat pengangguran telah menurun, pasar perumahan atau bisnis perumahan stabil, minat belanja konsumen belum merefleksikan sikap baru dari kebanyakan orang Amerika. Wal-Mart justru berkibar di luar negeri. Buktinya, pendapatan di luar AS meningkat sebesar 13,1 persen tahun lalu menjadi 35,5 miliar dollar AS. Tapi salah satu pintu kunci pemasukan utama Wal-Mart di Mexico sekarang ini malah terbentur jalan buntu setelah New York Times memaparkan investigasi skandal penyuapan oleh pelaku retail di sana.

3. Chevron

Peringkat sebelumnya: 3

CEO: John S. Watson

Chevron mengakhiri 2011 dengan sebuah catatan : Meskipun harga minyak naik, terdapat penurunan laba terbesar dalam dua tahun. Hal tersebut di karenakan adanya kerugian di bisnis kilang AS. Namun, perusahaan minyak dan gas kedua terbesar di AS ini berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 25 persen dalam satu tahun penuh 2011 menjadi 245,6 miliar dollar AS. Pencapaian itu berhasil membuat laba usaha Chevron melejit 41 persen ke 26,9 miliar dollar AS dari tahun sebelumnya. Chevron memiliki banyak rencana proyek minyak dan gas di beberapa negara seperti, Australia, Africa dan Teluk Meksiko. Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat direalisasikan pada tahun 2014 mendatang. Chevron juga terus mempekerjakan pengacaranya untuk mendampingi perusahaan dalam kasus yang sedang membelit, di antaranya kasus yang tak kunjung selesai di Ekuador. Saat ini, Chevron sedang memperjuangkan pengajuan permohonan untuk pembayaran denda sebesar 11 miliar dollar AS untuk kasus minyak yang berada di Brazil akhir tahun lalu. Perusahaan yang sudah ada sejak 1879 ini juga tengah menyelesaikan masalah di Nigeria setelah salah satu proyeknya yakni eksplorasi gas meledak di awal tahun ini.

4. ConocoPhillips

Peringkat sebelumnya: 4

CEO: Ryan M. Lance

Perusahaan yang dikenal sebagai Big Oil ini bakal semakin mengecil. Bermarkas di Houston, Texas, ConocoPhillips mengejutkan Wall Street dengan keputusan bisnisnya yakni memisahkan unit usahanya atau spin off. Satu akan di fokuskan pada eksplorasi dan produksi, satu lagi akan berfokus pada kilang dan pemasaran. Hal tersebut terjadi pada 30 April. Petinggi ConocoPhillips berharap keputusan ini dapat membantu satu sama lain dan mengantar ConocoPhillips agar dapat bersaing lebih baik di bisnis internasional dan juga dapat menarik banyak investor. Dalam memberikan peringkat ini, perubahan pemegang saham sama sekali tak tecermin. Jika diberlakukan kebalikan, di mana pemegang saham menjadi penentu, Fortune melihat Phillips 66 bakal ada di peringkat empat ketimbang perusahaan induknya. Jika spin off ini mewakili sekitar 80 persen dari total pendapatan asli perusahaan pada tahun 2011 maka, General Motors berpotensi duduk di peringkat keempat.

5. General Motors

Peringkat sebelumnya: 8

CEO: Daniel F. Akerson

Detroit berhasil mendapatkan tempatnya kembali, begitu pun dengan General Motors (GM). Perusahaan otomotif raksasa ini melesat tiga peringkat dalam Fortune 500. Tepatnya dari urutan 8 menjadi posisi 5 pada tahun lalu. Setelah dua tahun mengalami kebangkrutan, GM akhirnya menerima bantuan dana federal dan berhasil mencatat keuntungan pada 2011. Tahun lalu, laba perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh miliarder kawakan dunia, Warren Buffett tersebut mencapai 9,2 miliar dollar AS. Pendapatan usaha meningkat 11 persen menjadi  150,3 miliar dollar AS. GM mengklaim perusahaannya sebagai penjual global terbesar setelah Toyota. Tidak ada yang bisa menyangkal kepuasan yang diberikan GM karena berhasil menegosiasikan program bagi hasil sebagai bagian dari reorganisasi perusahaan. Sekitar 47.500 pekerja menerima cek dengan rata-rata nilai sebesar 7.000 dollar AS naik dari 4.300 dollar AS pada tahun 2010.

6. General Electric (GE)

Peringkat sebelumnya: 6

CEO: Jeffrey R. Immelt

General Electric (GE) berhasil membuat catatan pertumbuhan laba yang sangat bagus pada tahun 2011, walaupun, terjadi sedikit penurunan pendapatan. Laba meningkat 21 persen menjadi 14,2 miliar dollar AS, padahal penjualan amblas hingga 26 persen menjadi 147,6 miliar dollar AS. CEO GE Jefferey Immelt mengatakan bahwa kinerja perusahaan pada akhir tahun kemarin diharapkan dapat menjadi pertanda baik untuk tahun 2012, baik di dalam bisnis infrastruktur energi sampai dengan kesehatan. Fokus analisis masih pada divisi industri GE, yang masih berjuang untuk memacu pertumbuhan setelah jatuh akibat resesi. Perusahaan melaporkan bahwa jaminan simpanan di akhir tahun mencapai  200 miliar dollar AS naik dari 191 miliar dollar AS. Immelt yakin, GE mampu menciptakan awal yang baik untuk mencapai pertumbuhan industri sebesar 10 persen.

Back to top